Ketika Kemajuan Bertemu dengan Tantangan: Refleksi Media Sosial dalam Kehidupan Umat Islam Penulis : H. Dosparman Hafizh, B.Sc D...
Ketika Kemajuan Bertemu dengan Tantangan: Refleksi Media Sosial dalam Kehidupan Umat Islam
Penulis : H. Dosparman Hafizh, B.Sc
Dalam zaman ini, dunia menyaksikan perkembangan pesat sistem internet dan media sosial. Umat Islam menyadari bahwa agama tidak menghalangi kemajuan dan modernisasi. Namun, kita perlu memahami bahwa transformasi media sosial yang begitu cepat juga membawa dampak yang tidak selalu positif. Kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa media sosial telah menjadi wajah baru dari gejala yang sangat membimbangkan. Di balik berbagai aspek positifnya, terdapat pula unsur-unsur yang merugikan yang telah muncul. Isu-isu sepele berkembang menjadi besar, bahkan menyebar seperti wabah yang mempengaruhi kita, mirip dengan virus COVID-19 yang kita alami beberapa tahun yang lalu.
Penggunaan media sosial yang tidak bijak memiliki konsekuensi yang sangat berbahaya. Bahkan, kadang-kadang media sosial terbukti lebih kejam daripada virus COVID-19 itu sendiri. Melalui media sosial, terdapat berbagai isu negatif seperti pornografi, pelecehan terhadap aurat, dan penyebaran fitnah secara massal. Tuduhan saling melempar, penyebaran cerita palsu, dan berita yang tidak valid telah menjadi penyebab terjadinya pertikaian, perselingkuhan, dan bahkan perceraian dalam rumah tangga. Akibatnya, keluarga dan anak-anak terabaikan, kebahagiaan dalam rumah tangga menjadi terancam.
Namun, masalah ini tidak berhenti sampai di situ. Dampak nyata dari popularitas media sosial yang semakin meluas adalah terhadap generasi penerus kita, yang terpapar olehnya sejak usia dini. Mereka kehilangan kecerdasan berpikir, dengan pemikiran yang penuh dengan isu-isu pornografi yang menyedihkan. Ironisnya, kita menyaksikan kasus-kasus tragis di mana anak perempuan menjadi korban perkosaan dan bahkan pembunuhan karena mengenal orang yang tidak jelas melalui jejaring media sosial.
Oleh karena itu, sebagai orang tua, sangat penting bagi kita untuk memantau anak-anak kita secara cermat. Kita harus mengetahui keberadaan mereka ketika mereka berada di luar rumah, mengawasi konten ponsel mereka, dan mencatat nomor yang mereka simpan serta video apa yang mereka simpan. Ponsel, meskipun kecil, telah menjadi sumber masalah yang serius. Melalui ponsel, banyak anak yang kehilangan moralitas, terjebak dalam gerakan "joget" di depan TikTok, bahkan beberapa di antaranya mencari popularitas dengan mengekspos aurat mereka. Kita semua harus prihatin akan fenomena ini.
Ada banyak anak yang sulit dididik dan tidak patuh terhadap orang tua mereka. Bahkan ada beberapa yang melawan orang tua mereka dengan kekerasan, bahkan sampai ada yang menganiaya dan membunuh orang tua mereka yang telah melahirkan dan membesarkan mereka dengan kasih sayang. Ada juga anak-anak yang terjerumus dalam pemikiran yang sesat, tanpa arah dan tujuan hidup yang jelas, dan terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, permainan daring, minuman keras, dan perilaku negatif lainnya.
Namun, kita juga harus memahami bahwa tidak semua kesalahan sepenuhnya bisa disalahkan pada anak-anak itu sendiri. Terkadang mereka mungkin mengalami tekanan dari orang tua yang kurang pandai mendidik, atau terlibat dalam tindakan tidak jelas seperti mencuri hasil panen orang lain atau melakukan kecurangan dalam timbangan. Ada banyak faktor yang berperan dalam kondisi ini.
Dalam menghadapi efek negatif media sosial, umat Islam harus belajar mengelola waktu mereka dengan bijak. Menghabiskan waktu berlebihan di media sosial yang tidak bermanfaat sebanding dengan mengurangi waktu untuk membaca ayat-ayat suci Al-Quran dan bahan-bahan spiritual yang dapat membentuk akhlak yang baik. Kita harus menyadari bahwa internet ini adalah nikmat dari Allah, dan kita harus menggunakan dengan bijak. Gunakanlah aplikasi yang positif seperti sejarah Islam, aplikasi tafsir, hadis, dan fikih.
Kita tidak boleh membiarkan media sosial menguasai hidup kita, membuat kita seperti zombie yang berjalan tanpa arah. Jangan biarkan kita menjadi sumber masalah, menjadi makhluk yang buruk dalam ucapan, biodata, dan riwayat hidup. Jangan biarkan kita menjadi pendusta dan fasik, individu yang terburu-buru, jiwa yang lemah dalam berpikir.
Setiap hari, gejala ini semakin meresahkan ketika semakin banyak orang yang kecanduan melayani media sosial, tanpa memperhatikan waktu dan tempat yang tepat. Bahkan di saat makan, minum, atau bahkan di toilet, atau di masjid ketika khatib sedang berkhutbah. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa saat khatib naik berkhutbah, kita harus diam dan mendengarkan. Namun, saat itu ada orang yang sibuk menghitung kerikil untuk bertasbih, bahkan ada yang menegur temannya untuk diam. Rasulullah memberikan peringatan bahwa pahala kita akan sia-sia.
Bahkan dalam situasi yang wajar sekalipun, perbuatan kita bisa menjadi sia-sia. Apalagi jika kita terus sibuk dengan telepon seluler ketika khatib sedang berkhutbah. Ini adalah larangan yang jelas, karena kita akan kehilangan fokus pada khutbah yang sedang disampaikan, menyebabkan kita lalai dan menyia-nyiakan pahala Jumat.
Ada juga orang-orang yang dengan sengaja berdehem-dehem untuk mengganggu khatib. Tindakan semacam ini juga termasuk dalam perbuatan yang menyia-nyiakan pahala Jumat.
Mari menjadi manusia yang mampu membawa makna dan meninggalkan kesan positif bagi orang lain. Apapun yang kita lakukan, meski sekecil zarrah kejahatan, akan berdampak pada kita dengan dosa hingga hari kiamat jika tidak bertaubat. Begitu juga dengan kebaikan yang kita lakukan, jika menjadi alasan orang lain mendapatkan hidayah dan mengikuti jejak kita, itu akan menjadi amalan terbesar kita untuk bertemu dengan Allah kelak.
Oleh karena itu, marilah kita meninggalkan perbuatan sia-sia seperti kemungkaran, dosa, kebohongan, fitnah, serta perilaku buruk lainnya. Rasulullah SAW pernah bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
"Jauhilah sifat iri hati, karena iri hati menggerogoti kebaikan sebagaimana api menghanguskan kayu." (Sunan Abi Dawud).
Saat ini adalah momen yang tepat untuk menghadapi tantangan media sosial dengan penuh kebijaksanaan dan tanggung jawab. Mari kita manfaatkan media sosial sebagai alat untuk berbagi pengetahuan, memperoleh inspirasi, dan menyebarkan kebaikan kepada sesama. Melalui internet, kita dapat memperkaya diri dengan berbagai aplikasi yang membawa dampak positif, seperti aplikasi sejarah Islam, tafsir, hadis, dan fikih. Dengan demikian, kita mampu mengoptimalkan potensi positif media sosial ini dalam menciptakan keseimbangan dalam kehidupan umat Islam. Dengan menjaga generasi penerus kita dari pengaruh negatif dan memperkuat nilai-nilai kemuliaan dalam beragama, kita akan menemukan solusi bagi tantangan yang dihadapi umat Islam dalam era digital ini.
----------------------------------------
* Biografi Singkat Penulis:
Berikut adalah biografi singkat dari Al-Ustadz Al-Hajj Fathur Rahman (H. Dosparman Damrah Hafizh, B.Sc):
Al-Ustadz Al-Hajj Fathur Rahman, yang juga dikenal sebagai Dosparman Damrah Hafizh, adalah pimpinan di Insan Cendekia Solutions. Beliau meraih gelar Bachelor of Science (B.Sc) dan merupakan alumni Universiti Nasional Republik Yaman.
Selain perannya sebagai guru, Al-Ustadz Al-Hajj Fathur Rahman juga menjabat sebagai Imam di Masjid Taman Putra Perdana, memimpin jamaah dalam ibadah sehari-hari. Keahliannya sebagai qori' nasional dengan sanad no. 30 dari Imam Hafs an Asim menjadikan beliau memiliki kemampuan yang luar biasa dalam membaca Al-Qur'an.
Al-Ustadz Al-Hajj Fathur Rahman Melalui pengajarannya dan keterlibatannya dalam kegiatan keagamaan, beliau berupaya untuk memberikan inspirasi dan panduan kepada umat dalam menjalankan kehidupan beragama dengan baik.