Mukomuko Post - Sabtu, 27 Mei 2023. Kegelapan dan keputusasaan telah melanda SDN 15 Penarik, di mana mimpi-mimpi kecil siswa yang penuh hara...
Gedung SDN 15 Penarik, tempat tempat para pahlawan pendidikan ini berbagi ilmu dan kebijaksanaan, saat ini terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Menurut penilaian Pak Dani, guru veteran yang setia mengajar di sekolah ini sejak tahun 2008, kondisi gedung tersebut hanya bisa digambarkan sebagai kengerian dan mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. "Setiap hari, kami menyaksikan betapa mengerikannya keadaan gedung ini. Musim panas yang panas membakar tubuh kami tanpa ampun, sementara musim hujan membawa kehancuran dan kekacauan," ujar Pak Dani dengan suara penuh kesedihan.
Dalam kondisi musim kemarau, ruangan-ruangan sekolah ini berubah menjadi tungku api yang tak tertahankan. Tanpa plafon yang layak, sinar matahari menyerbu dengan ganas, memancarkan kehangatan yang tak terbayangkan. Anak-anak terpaksa terjebak dalam ruang sempit dengan ukuran hanya 3x5 meter, dengan pernafasan yang tersengal-sengal dalam udara pengap yang mengancam kesadaran mereka. Namun, penderitaan mereka tidak berhenti di situ. Saat musim hujan tiba, tetesan air hujan menghujani mereka dari langit-langit yang bocor, memaksa mereka berpindah tempat duduk demi menghindari air yang mengancam merusak buku-buku dan harapan mereka.
Kondisi yang buruk ini telah berlangsung selama bertahun-tahun tanpa penyelesaian nyata. Tanpa adanya pondasi yang kokoh, ancaman runtuhnya gedung ini mengintai setiap harinya, mengancam jiwa siswa dan guru dengan kehancuran yang mengerikan. Apakah mereka harus membayar mahal dengan nyawa mereka hanya karena ketidakpedulian pemerintah?
Guru-guru di SDN 15 Penarik telah berusaha melakukan perbaikan dengan sumber daya yang terbatas. Dalam semangat gotong-royong, mereka melantai dan memperbaiki dinding dengan bahan-bahan seadanya, berharap untuk memberikan kondisi yang sedikit lebih baik bagi para siswa yang tidak layak merasakan hal ini. Mereka telah mengusulkan permohonan dana dan bantuan kepada dinas pendidikan, tetapi harapan mereka masih tergantung dalam ketidakpastian yang menyedihkan.
Tanggapan dari pihak sekolah terhadap kurangnya perhatian pemerintah sangatlah jelas. Mereka mengharapkan agar pemerintah dan dinas terkait datang langsung ke lapangan dan menyaksikan dengan mata mereka sendiri keadaan yang menyedihkan ini. Mereka memohon agar pemerintah dapat melihat keadaan yang sebenarnya dan merasakan penderitaan yang dialami oleh para pahlawan pendidikan di SDN 15 Penarik. Mengapa sekolah-sekolah yang sudah memiliki fasilitas lengkap tetap mendapatkan dana tambahan, sementara mereka yang hanya membutuhkan ruang belajar yang layak terpinggirkan dan dilupakan?
Orang tua siswa, dengan hati yang hancur melihat kondisi sekolah tempat harapan masa depan anak-anak mereka, memberikan dukungan penuh. Meskipun dengan kondisi yang tidak layak huni, mereka tetap berjuang dan berharap agar sekolah ini mendapatkan bantuan yang layak. Mereka tidak hanya berpikir tentang anak-anak mereka sendiri, tetapi juga tentang masa depan generasi muda di Penarik yang terancam oleh ketidakadilan pendidikan.
Dalam kehancuran yang mencekam ini, SDN 15 Penarik mengangkat suara dengan harapan terakhir. Mereka memohon kepada pemerintah untuk membangun gedung sekolah yang layak huni di Penarik, agar mereka dan anak-anak mereka dapat belajar dengan nyaman. Gedung yang baru diharapkan menjadi sumber inspirasi dan harapan bagi orang tua untuk mempercayakan pendidikan anak-anak mereka di SDN 15 Penarik.
Kisah pilu SDN 15 Penarik memanggil kita untuk bertindak. Saatnya bagi pemerintah untuk mendengar jeritan putus asa ini dan mengambil tindakan yang diharapkan. Jangan biarkan generasi muda terhempas dalam keputusasaan dan kegelapan. Marilah kita berdiri bersama untuk mengubah mimpi-mimpi mereka menjadi kenyataan yang cerah untuk masa depan yang indah.
Kami memohon, mari pemerintah mendengar seruan ini dan menyelamatkan SDN 15 Penarik dari kehancuran yang tak terbayangkan.
(DH)